Islam Mosque

Senin, 31 Januari 2011

DAMPAK DOSA BAGI JIWA RAGA

Setiap orang tentu tak luput dari melakukan dosa dan kesalahan. Yang membedakan, di antara manusia ada yang terus menerus melakukan dosa tanpa mau bertobat, sementara sebagian yang lain segera menyadari kesalahannya dan bertobat kepada Allah –ta’ala–.
Sesungguhnya, dosa baik besar maupun kecil, bila dilakukan secara terus menerus, akan berdampak sangat buruk bagi jiwa dan raga pelakunya. Tak jarang dosa itu juga menimbulkan bencana yang juga mengenai orang-orang di sekitarnya.

IBARAT RACUN DALAM TUBUH

Di antara bencana yang banyak menimpa kaum muslimin pada zaman ini adalah kemaksiatan dan dosa merajalela, serta menyebarnya kemungkaran dengan berbagai tingkatannya.
Ibnul Qayyim –rohimahulloh– berkata, “Kemaksiatan ini memiliki bahaya yang sangat besar bagi hati, sama seperti bahaya racun-racun terhadap tubuh, dalam tingkat bahaya yang berbeda-beda. Dan tidaklah di dunia ini muncul suatu kejahatan dan penyakit, kecuali disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa-dosa.”

Begitulah dampak dosa bagi pelakunya. Orang yang sekali melakukan dosa dia enggan bertobat, maka ia akan tergoda untuk melakukan yang kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya. Lalu dosa-dosanya itu akan semakin bertumpuk-tumpuk sehingga mengalahkan amal baiknya. Ibarat racun dalam tubuh, dosanya akan menggerogoti kesehatannya dari ke hari, sehingga tubuhnya kian lemah dan penuh penyakit.

Contoh konkrit kalau dosa itu bisa menimbulkan penyakit, adalah AIDS. Penyakit ini begitu cepat menular karena kemaksiatan (khususnya free seks dan homoseks) telah banyak dilakukan di mana-mana.

Dosa dan kemaksiatan juga bisa menimbulkan rasa was-was, jantung berdebar, darah tinggi serta stress bagi pelakunya.

Di dunia ini, banyak para pendosa yang mengaku atau terkenal sebagai orang hebat, namun sejatinya jiwanya merasa kering dan tertekan. Ia merasa terasing dari Rabb-nya. Meskipun memiliki semua fasilitas kenikmatan dunia, keterasingan itu akan tetap ia rasakan.
Sebagai contoh, lihatlah Hittler. Pemimpin Jerman yang perfeksionis dan kejam ini memilih mati dengan cara bunuh diri.

MENGHITAMKAN WAJAH DAN MENUTUP HATI

Abdullah bin Abbas ra berkata, “Sesungguhnya kebaikan itu memancarkan cahaya pada wajah seseorang, dan cahaya di dalam hati, keluasan dalam rezeki, kekuatan pada badan, kecintaan di tengah makhluk. Dan keburukan akan mengakibatkan kehitaman pada wajah, kegelapan dalam hati, kelemahan badan dan kekurangan rezeki, serta kebencian di dalam hati para makhluk Allah.”

Perkataan Ibnu Abbas ini dipertegas oleh firman Allah –ta’ala–,
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia,’Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.’” (Thaha: 124-126)

Contoh dosa yang bisa menghitamkan wajah adalah meninggalkan shalat. Sebaliknya, rajin membasuh wajah dengan air wudhu serta melaksanakan shalat wajib maupun sunnah, bisa membuat wajah cerah dan berseri-seri. Ini terjadi karena ketaatan kepada Allah itu cahaya, sedangkan kemaksiatan adalah kegelapan. Semakin kuat kegelapan itu, semakin bertambah bingung orang yang meninggalkan shalat itu, hingga dia terjatuh dalam kesesatan-kesesatan tanpa dia sadari. Seperti orang buta yang keluar sendirian di kegelapan malam. Kegelapan itu akan bertambah kuat hingga tampak pada mata, lalu meluas meliputi wajah sehingga wajah itu berubah hitam dan dapat dilihat oleh siapa saja. Pada saat itulah timbul jarak antara dia dan manusia, terutama orang-orang saleh.Semakin besar jarak itu, semakin jauh dia dari mereka, dan dia pun tidak bisa mendapatkan berkah kemanfaatan dari mereka. Lalu dia menjadi dekat dengan para tentara setan seiring dengan jauhnya dia dari tentara Allah yang Maha Penyayang. Dan kondisi itu berakhir hingga di akhirat, saat dia akan merasakan balasan yang buruk, dan berkumpul dengan orang-orang yang celaka, yaitu pada hari mereka diajukan ke hadapan Allah yang Maha Perkasa.
“Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan adalah golongan yang merugi.” (al-Mujaadilah: 19)

PENYEBAB BENCANA

Sesungguhnya dosa-dosa dan kemaksiatan itu akan mendatangkan kesengsaraan di dunia dan akhirat.

Ibnul Qayyim –rohimahulloh– berkata,
“Sebab apakah yang mengeluarkan bapak manusia dari surga, tempat kelezatan, kenikmatan, kemegahan dan kesenangan, menuju alam yang penuh penyakit, kesedihan dan musibah?
Apakah yang mengeluarkan Iblis dari alam langit, diusir dan dilaknat, rahmat berubah menjadi laknat, serta keimanan berubah menjadi kekafiran? Lalu sebab apakah yang menenggelamkan seluruh penghuni bumi sehingga air melampaui puncak gunung-gunung? Dan sebab apakah yang menjadikan angin menguasai kaum ‘Ad sehingga mereka bergelimpangan mati di permukaan bumi, lalu mereka seperti pohon kurma yang tumbang? Sebab apakah yang menyebabkan terjadinya siksa yang menyebabkan hati-hati mereka terputus dari tenggorokan-tenggorokan mereka, sehingga hati dan tenggorokan mereka berserakan dan mereka tewas?
Sebab apakah yang menyebabkan Fir’aun tenggelam bersama kaumnya lalu ruh-ruh mereka kembali berpindah ke neraka Jahannam? Tubuh mereka tenggelam, sementara ruh-ruh mereka terbakar. Sebab apakah yang mengubur Qarun dan rumahnya beserta seluruh hartanya? Sungguh, semuanya disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa-dosa!”
Realita saat ini, di mana-mana banyak terjadi bencana. Jika kita mau berkaca, niscaya kita pun akan menyadari, datangnya bencana-bencana itu akibat perilaku sebagian besar manusia yang melenceng jauh dari jalan lurus. Bahkan seringkali maksiat sudah dilakukan secara terang-terangan, tanpa rasa malu lagi.

Allah –ta’ala– berfirman,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30)
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa.” (Al-An’am: 44)

Sementara Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– bersabda,
“Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku (Rasulullah Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. (1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. (2) Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. (3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezhaliman penguasa. (4) Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. (5) Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka.” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)

Untuk menyelamatkan diri dari adzab Allah –ta’ala–, tiada jalan lain bagi kita kecuali dengan bertobat dari dosa-dosa yang kita lakukan. Allah –ta’ala– sangat menyukai hamba-Nya yang bertobat setelah melakukan kesalahan.

Dari Anas bin Malik –rodhiyallohu ‘anhu–, Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam– bersabda bahwa Allah –ta’ala– berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (Riwayat Tirmidzi, ia berkata, ”Hadits ini hasan shahih.”)
Kiranya hadits ini bisa memotivasi kita untuk bersegera memperoleh ampunan dan rahmat-Nya. Wallaahu a’lam. (***)
Banyak diilhami dari kitab al Jawaabul Kaafi li Man Sa ala ‘An ad-Dawa’ asy Syafi’ Ibnul Qayyim –rohimahulloh–.

Minggu, 30 Januari 2011

SYUKUR NIKMAT

Syukur adalah perasaan yang sering kali tidak bisa kita rasakan secara langsung. Kadang perlu perenungan yang mendalam. Karena kita tahu, nikmat Allah tidak hanya meliputi apa yang kita lihat dengan panca indra, namun juga meliputi nikmat lain yang ada di alam semesta ini.

Salah satu nikmat yang terbesar yang diberikan kepada hamba pilihan Allah adalah nikmat Iman dan Islam. Karena hanya dengan nikmat inilah, manusia pilihan yang disebut mukmin itu nantinya dapat menggapai ridho Allah, dan mencapai syurga Allah yang berjuta kali lebih baik dari pada langit dan bumi.

Allah berkuasa atas segala sesuatu, adalah hal yang mudah bagi Allah untuk menjadikan seluruh manusia ini mukmin atau kafir, namun telah dijadikan sebagian manusia beriman dan sebagian yang lain kafir, karena kasih sayang dan sifat adil Allah. Manusia bisa menggapai keimanan melalui sunatullah yang berlaku.

Fenomena yang terlihat di sekitar kita adalah nikmat yang berlimpah telah diberikan kepada hamba hamba Allah yang kafir. Mereka tampak lebih banyak mendapat kenikmatan berupa materi dan kenyamanan di dunia dari pada orang orang mukmin. Hal ini bisa dikatakan mengirikan hati. Namun Allah memberikan peringatan kepada kita untuk tidak merasa cemburu dan bersusah hati karena hal yang seolah menjadi ketimpangan ini. Karena sesungguhnya segala kenikmatan yang diberikan kepada mereka (orang orang kafir itu) di dunia bukan untuk memberi kebaikan kepada mereka, tapi justru semakin menjauhkan mereka dari Allah. Harta mereka tidak sedikitpun bisa menjadi penebus mereka dari azab Allah.

Sedangkan bagi orang yang beriman, telah dijanjikan tempat kembali yang paling baik di surga-Nya. Apa yang dikaruniakan oleh Allah dengan lantaran Iman dan Islam yang juga adalah karunia-Nya ini, tidak bisa sedikitpun dibandingan dengan apa yang ada di dunia.

Maka sungguh nikmat Iman dan Islam ini adalah nikmat yang harus disyukuri di atas segala galanya, dan dipelihara serta di jaga dalam hati kita.

Manusia dikarunia begitu banyak nikmat oleh Allah, tetapi sudah wata manusia yang buruk mereka selalu kuirang mensyukuri nikmat nikmat tersebut. Ini dikarenakan syetan selalu berusaha menjauhkan manusia dari bersyukur kepada Allah.

Ingatlah peringatan allah dalam surat Ibrahim ayat 7 :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumatkan: “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat Ku, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.”

Indonesia seharusnya menjadi negara yang berkelimpahan berkah, karena indonesia adalah negara dengan pemeluk islam terbesar di dunia. Tanahnya sangat subur dan alamnya kaya raya, namun sedikitpun kekayaan dan kemakmuran itu tidak tampak, justru bencana datang secara beruntun menimpa negeri ini. Bahkan sepanjang 5 tahun terakhir ini telah terjadi 450 kali bencana.

Namun bagi orang orang yang tidak beriman, peringatan seperti apapun, azab yang diturunkan dan pertanda yang ditunjukkan oleh para rasul tidak menjadikan mereka beriman, namun mereka tetap tidak beriman, bahkan mereka menjadi semakin jauh dari Allah.

Marilah kita benar benar mesyukuri nikmat, dimana Allah menjadikan kita orang yang beriman, Allah memberikan rizki kepada setiap orang dan makhluk, tapi hidayahnya diberikan Allah kepada orang orang yang dicintaiNya.

Sabtu, 29 Januari 2011

AL-VEOLI (IBU)

MANUSIA BERKARAKTER TINGGI DALAM ISLAM

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang selalu mengikuti jalan petunjuknya.
Karakter mulia pada pribadi seseorang atau sering disebut dengan manusia yang berkepribadian, atau dalam bahasa sederhana yang lebih luas sering dikatakan sebagai manusia yang ber- adab. Atau dalam bahasa pergaulan dikatakan manusia beretika dan manusia yang bersopan santun.
Dalam zaman modern, ketika manusia otaknya semakin dibikin sibuk dngan berbagai macam kesibukan ilmu dan teknologi, maka manusia modern kehilangan waktu untuk membangun kepribadiannya. Apalagi zaman serba cepat yang dibantu dengan bantuan komputer yang super cepat, manusia sering tidak mampu untuk menggunakan alat itu untuk membangun pribadi yang lebih mulia dan beradap, namun sering hanyut mengikuti bujukan hawanafsunya untuk selalu dan selalu bersikap salah, salah dan salah dan akhirnya menjadi robot-robot bernyawa. Ibarat tanah-tanah hidup yang bergentayangan kesana kemari dengan aktifitas yang tidak berkwalitas dan merusak diri serta merusak lingkungannya.
.
1. Manusia yang ber-Etika benar kepada Allah.
Membangun karakter dapat dimulai dengan menyadarkan manusia, bahwa dirinya adalah makhluq ciptaan Allah SWT dan memiliki kewajiban beribadah kepada Allah SWT. Para orangtua-lah yang harus menyadarkan bayi-bayi yang dilahirkannya untuk memahami kenapa anaknya lahir di dunia dan untuk apa dia dilahirkan. Beberapa firman Allah yang perlu direnungi antara lain, yang artinya
.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. 23:12)
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (QS. 23:13)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. 23:14)

.
Manusia yang memiliki etika dan sopan santun kepada Allah Tuhan yang telah menciptakannya tentu akan berusaha bersyukur dan berterimakasih kepada Allah, nikmat-nikmat Allah yang dicurahkan kepada mereka menjadi daya dorong untuk rajin beribadah kepada Allah, rajin mendidik diri untuk mengetahui petunjuknya dan rajin mendidik diri untuk menjalankan perintah-Nya dan menjaui larangan-Nya.
Zaman modern, zaman penuh teknologi canggih, banyak muncul manusia-manusia atheis, sebuah bukti bahwa banyak manusia modern yang tidak beretika dan tidak punya sopan santun kepada yang telah menciptakannya. Bagi Allah hal tersebut tidak merugikan sama sekali namun akan menjadi kerugian yang besar bagi diri manusia sendiri.
.
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. 4:131)
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (QS. 39:7)
.
Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu mema’lumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14:7)
Dan Musa berkata:”Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. 14:8)
Mendidik anak-anak kita untuk tekun beribadah dan mengetahui aturan-aturan yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah wujud syukurnya para Orang tua kepada Allah. Bila para orang tua sudah bisa mendidik anak-anaknya untuk belajar aturan-aturan Allah dan Rasulnya, dan anaknya telah nampak bersemanat untuk beribadah kedaNya, itu semua adlah wujud nyata bahwa anaknya memiliki sopansanukepada Allah Tuhan yang telah menciptakan mereka. Ketinggian, iman dan amal sholihnya serta ketaqwaannya kepada Allah adalah ukuran kemuliaan karakter seorang manusia.
.
2. Beretika dengan sesama manusia
Sikap mulia yang harus segera nampak pada seorang anak manusia adalah sikap sopan santun kepada orang tuanya. Sikap Mulia kepada orang tuanya adalah jalan pertama membangun sikap mulia kepada orang lain.
.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a:”Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku da kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. 46:15)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
.
Sering dikatakan orangtua-lah yang “ mengukir” jiwa dan raga seorang anak. Bila orang tua sudah memiliki kepribadian yang mulia dan tinggi, maka tangung jawab yang pertama adalah diarahkan kepada anak-anaknya. Orang tua yang sholih dan sholihah dan perpendidikan biasanya akan pula memiliki anak-anak yang memiliki pribadi yang sama. Karena orang tua akan mengajari degan teliti dan telaten setiap langkah yang dilakukan oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Berbahagialah para orang tua yang tidak membiarkan anak-anaknya bergaul dengan sumber-sumber kejahatan, baik dalam pergaulan dengan manusia atau pula sarana-sarana kehidupan semacam SIARAN TELEVISI dan MULTIMEDIA HIBURAN yang berisi dengan campur aduk antara kebaikan dan kejahatan. Jiwa yang masih rapuh dapat dipastikan lebih suka menempuh jalan-jalan yang disenangi hawa nafsu. Dan bila diperbuat maka dipastikan sopan santun dan etika anak tersebut akan jatuh dan menjadi manusia berkwalitas sopan-santun yang rendah dan hina sebagaimana tingkah laku binantang yang tidak berhati-dan berakal.
.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya.Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25:43)
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu). (QS. 25:44)

.
Bila manusia telah suka di tempat-tempat yang rendah, maka dapat dikatakan manusia telah turun derajad. Dan pasti sifat-sifat mulia yang dimilikinya akan terhapus dan akan tergantikan dengan sifat-sifat buruk yang akan merugikan bagi dirinya dan bagi orang lain. Dan ini semua menjadi sumber kesusahan dan kekacauan pergaulan diantara manusia.
.
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. 3:112)
.
Bila manusia sudah menolak sumber-sumber keselamatan dan kebahagiaan, tentu akan mendapatkan hal ang sebaliknya, yaitu kesulitan, kesusahan dan siksaan.
.
3. Beretika kepada Alam Lingkungan
.
Alam raya sungguh amat luas tak terbatas, namun hingga saat ini ilmu manusia belum menemukan tempat sejenis bumi yang dapat ditempati oleh manusia, atau manusia belum juga dapat menciptakan pesawat ruang angkasa yang membawa manusia kesana.
Para ahli sudah memprediksi, bila perilaku manusia tetap saja seperti sekarang ini, menggunakan alam, meng-ekplorasi alam untuk bermewah-mewah memanjakan diri di dunia ini, dan milyaran manusia yang diatas bumi ini bergerak kearah yang sama, yaitu ingin hidup bermanja-manja, bersenang-senang tanpa batas. Maka bumi kan menjadi hunian yang tidak lagi nyaman bagi umat manusia.
Para ahli sudah sering membuat animasi-animasi apa yang terjadi jika segala ekosistem di bumi menjadi rusak, dalam bahasa mudah mereka mengatakan, manusia bisa memproduksi dan memiliki berbagai macam sarana-sarana kemewahan, namun kemewahan itu tidak ada gunanya karena tidak lagi nyaman di huni.
Bukti-bukti awal sudah nampak mengemuka dihadapan umat manusia. Secara materiil misalnya, sudah sering terjadi kebakaran hutan akibat musim kering yang sangat ekstrim, atau badai yang menghancurkan dengan banjir dan tanah longsor. Atau badai salju yang melumpuhkan. Secara nyata Es di kutup-kutup dunia benar-benar telah mencair dan telah pula banjir akibat pasang naik air laut sudah semakin sering terjadi.
Ada lagi keanehan yang kontradiktif dan menggelikan. Masih ada-ada saja di hari ini orang-orang yang memasang sesaji kepada sesuatu yang tidak jelas dengan tujuan agar alam tidak rusak, karena mereka menyangka bahwa kerusakan alam ini dilakukan oleh makhluq-makluq ghaib. Sehingga dengan sesaji yang diberikan itu kerusakan alam lingkungan dapat teratasi.
Namun disisi lain lagi manusia tetap saja mengkonsumsi budaya serakah, budaya mengumbar hawa nafsu dan budaya merusak lingkungan. Sungguh kebodohan yang bertumpuk-tumpuk yang pasti kerusakan-kerusakan itu akan terus berjalan dan tidak memiliki jalan keluar dan jalan penyelesaian.
Yang telah merusak alam adalah manusia, dan pasti yang akan menderita akibat buruknya juga mansia, sebagaimana firman Allah
.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)
.
Ketika manusia kehilangan etika kepada Allah Tuhan Sang Maha Pencipta maka dua hal lagi, yaitu etika kepada sesama manusia dan etika kepada alam lingkungan menjadi rusak dan kacau balau. Karena kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan jiwa yang berkepanjangan bagi umat manusia dan manusia kemudian menjadi manusia-manusia yang berlepribadian rusak dan kacau balau.
Dapat disimpulkan, bahwa yang bisa memperbaiki keadaan kekacauan di zaman hari ini pada masing-masing manusia adalah, dengan menyadarkan manusia kembali kepada tujuan yang sebenarnya tentang terciptanya manusia di alam dunia dan di bumi ini.
Ketika jiwa-jiwa manusia sudah terus berlatih dan berlatih untuk bisa ber sopan santun kepada Allah dan terus berusaha memiliki sopan santun yang tinggi dan mulia, maka manusia akan memiliki jiwa yang mulia dan agung. Dan manusia-manusia yang semacam inilah yang dapat hidup di muka bumi unuk selalu berbuat kebaikan dan memperkecil dari sikap-sikap merusak, baik merusak diri, merusak orang lain, atau merusak alam lingkungan…. Wallahu a’lam.









 (sumber : mta-online.com)

Senin, 24 Januari 2011

IBU

Betapa mulia perjuangan hidup dan mati ibu… melahirkanku
Betapa besarnya pengorbanan jiwa dan raga ibu… membesarkanku
Betapa sucinya dengan cinta kasih nan tulus ibu… membimbing aku

Engkau wanita… sangat mulia, Engkau... wanita sungguh sholehah
Tiada kau ingat pengorbananmu…  Tiada kau harap balas jasamu...
Wahai ibu…
Ya Alloh, sayangilah ibuku seperti ibu menyayangiku Ya Alloh Sewaktu kecil…

Air susu jadi bukti, air mata jadi saksi
Di dalam darah dagingku mengalir doamu Ibu

Minggu, 23 Januari 2011

Menyambut Kasih Sayang Alloh Tuhan Yang Maha Esa

Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang mengikuti jalan petunjuk-Nya. Segala puji hanya bagi Allah, sudah berapa ratus ribu tahunkan sebenarnya keberadaan umat manusia di muka bumi. Dan bila ditelurus dari jaman Nabi Adam AS, sudah berapa ratus ribu tahunkan zaman telah berganti dan berlalu ?, sesuatu yang amat sulit di temukan jawabannya oleh manusia.
Segala puji hanya bagi Allah, Allah Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu mendampingi perjalanan hidup segenap umat manusia. Setiap saat terjadi penyimpangan, Allah senantiasa mengingatkan dan meluruskan. Datangnya para Nabi dan Rasul Allah adalah wujud kasih sayang dan santunan Allah Tuhan yang Maha Penyantun. Dan Rasul –Nya yang terakhir adalah Rasulullah Muhammad SAW, yang telah Allah beritakan lewat Kitab Taurat dan Injil, sebagaimana firman-Nya yang artinya.

Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. 2:146)
Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka tidak beriman (kepada Allah). (QS. 6:20) .

Segala puji bagi Allah, marilah kita sambut uluran kasih sayang Allah ini dengan perasaan lapang dada dan sikap berserah diri kepada-Nya. Suatu nikmat yang besar. Disaat kita tersesat jalan, Allah berkenan memanggil dan menunjuki kita. Marilah kita sambut uluran kasih sayang Allah ini dengan suka cita dan penuh dengan rasa bahagia.
Dari zaman ke zaman, kesalahan manusia adalah sama, apabila manusia selalu menjaga kesucian dan kebersihan hatinya maka akan dengan mudah mengetahui keagungan Allah Tuhan Yang Maha Esa diantaranya dengan cara melihat keindahan serta keseimbangan segala ciptaan-Nya, sehingga manusia senantiasa hanya menyeru dan menyembah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Namun dalam kehidupan, ketika manusia telah berbuat dosa, mengikuti jalan-jalan kezaliman dan dosa, mengikuti bujukan syaitan, mata hati manusia akan tertutup, terbelok dan kemudian tersesat. Tidak lagi menuhankan Allah yang Maha Esa dzat yang Maha Suci, Pencipta dan Pemelihara seluruh alam, tetapi manusia telah tergelincir, terbelok dengan bisikan-bisikan syaitan yang membawa mereka tersesat dan kemudian mencari tuhan-tuhan yang lain selain Allah. Dan itu semua merupakan keberhasilan syaitan musuh besar umat manusia didalam membelokkan jalan hidup sebagian besar umat manusia. Allah menggambarkan dalam firman-Nya yang artinya.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. 4:116)
Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, (QS. 4:117)
.

Allah Tuhan semesta Alam sangat menyayangi manusia, ketika manusia sedang tersesat dalam lingkaran perbuatan dosa, terhanyut dalam tipu daya syaitan, Allah berkenan menyelamatkan manusia dengan memberi petunjuk kepada umat manusia lewat para Nabi dan Rasul-Nya.
Firman Allah, Al-Qur’anul Karim memuat dan membahas dengan sangat luas dan beragam tentang berbagai macam penyimpangan tentang cara-cara penyembahan yang telah dilakukan oleh manusia-manusia yang sedang tersesat jalan. Dengan mengungkapkan berbagai macam ragam kesalahan dan penyimpangan tersebut agar manusia mengkaca diri dan segera kembali ke jalan yang benar.
Bila kita baca secara hati-hati satu demi satu ayat-ayat tersebut dalam rangkaian surat-surat di dalam Al-Qur’an, maka akan terpahami oleh manusia tentang hal-hal yang Allah kehendaki atas manusia, yaitu agar manusia kembali berbakti, menyembah dan taat hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun, karena menyembah kepada Allah semata itulah tujuan manusia dan kehidupan diadakan, dan itu pula jalan alamiyah menuju keselamatan dan kebahagiaan. Berbagai penyimpangan yang telah Allah paparkan diantaranya adalah, yang artinya.

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain Allah”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engku telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. (QS. 5:116)
Orang-orang Yahudi berkata:”Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata:”Al-Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling. (QS. 9:30)
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Tuhan ) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. 9:31)

Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga. (QS. 10:66)
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 12:40)
(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. 22:62)
Dan mereka menyembah selain Allah, apa yang telah Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu, dan apa yang mereka sendiri tiada mempunyai pengetahuan terhadapnya. Dan bagi orang-orang yang zalim sekali-kali tidak ada seorang penolongpun. (QS. 22:71)
Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak pula di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. (QS. 29:22)
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (QS. 29:41)
Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”. (QS. 34:22)
Katakanlah:”Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka”. (QS. 35:40)
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. 39:3) .

Allah Tuhan semesta Alam sangat menyayangi manusia, dan menjelas jelaskan kepada manusia tentang Ke-Esa-an-Nya, dan agar manusia me-Ngesakan-Nya, tidak menyekutukan Allah dengan makhluq-makhluq-nya. Allah Tuhan semesta Alam terus menerus memanggil manusia untuk kembali ke jalan yang lurus jalan Allah dan menghindari jalan syaitan. Dan bahkan Allah dengan sangat tegas menggambarkan kepada manusia bila di dunia ini ada Sesembahan yang berhak di sembah selain Allah, pastilah ala mini sudah kacau balau dan berantakan..

Apakah mereka mengambil ilah-ilah dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? (QS. 21:21)
Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain Allah, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. 21:22)

Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah (yang lain) beserta-Nya, kalau ada ilah beserta-Nya, masing-masing ilah itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, (QS. 23:91) .

Allah Tuhan Yang Maha Tinggi, Maha Mulia, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah menyuruh manusia untuk menempuh jalan yang lurus, jalan selamat, jalan bahagia, jalan yang telah Allah terangkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, jalan menuju surga di sisi Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi Lagi Maha Perkasa..

Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya (QS. 25:57)
Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya, (QS. 25:58)
Yang Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (QS. 25:59)
.

Dalam wujud keseharian, orang-orang yang sudah menjalani rukun Islam dengan penuh kesadaran, bahwa mereka melakukan seluruh syareat Allah itu semua dengan penuh rasa suka cita, karena mereka telah merasakan nikmatnya rahmat Allah dalam ketaatan itu, nikmat rohani yang dapat dirasakan oleh setiap hati orang-orang yang benar-benar beriman. Sehingga apa-apa yang datang dari Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang yang disembahnya adalah sesuatu yang akan mendatangkan kecintaan Allah kepadanya dan merupakan kebahagiaan yang Allah curahkan kepada umat manusia yang beriman.
Pada Wujud Keseharian orang-orang yang mencintai Allah dan dicintai Allah diantaranya adalah suka merenungi firman-firman Allah dan Hadist-hadist dari Rasulullah Muhammad SAW, dan ada niat yang kuat dihati untuk kemudian mengamalkannya di sepanjang perjalanan hidupnya. Sejuknya hati tersiram oleh firman-firman Allah dan hadist-hadist Rasulullah, merupakan nikmat mahal yang luar biasa besarnya….Allahu Akbar…..Wallahu a’lam

Rabu, 19 Januari 2011

MAKSIAT MEMBUAT HATI BERKARAT

Begitu banyak maksiat dilakukan oleh manusia. Para wanita pamer aurat tanpa mau berusaha untuk mengenakan jilbab dan menutupnya dengan sempurna. Kewajiban shalat wajib seringkali ditinggalkan tanpa pernah ada rasa takut. Padahal, dosa meninggalkannya lebih besar dari dosa zina.
Seakan, pelaku maksiat itu hatinya tak pernah kunjung sadar. Siang malam, tidak bosan-bosannya maksiat terus diterjang. Pantas saja, sebab pengaruh maksiat pada hati sungguh amat luar biasa. Bahkan bisa membuat berkarat, sehingga memadamkan cahaya hati.
Allah berfirman,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al- Muthaffifin: 14)
Makna ayat ini diterangkan dalam hadits berikut: dari Abu Hurairah, dari Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa sallam–, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertobat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” (Riwayat at-Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad (2/297). Dihasankan oleh Syekh al-Albani –rohimahulloh–)
Penulis “al-Jalalain” –rohimahulloh– menafsirkan, “Hati mereka tertutupi oleh ‘ar-raan’ seperti karat karena maksiat yang mereka perbuat.” (Tafsir Al Jalalain, al-Mahalli dan as-Suyuthi, Mawqi’ at-Tafasir, 12/360)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah –rohimahulloh– mengatakan, “Jika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan mengenai surat al-Muthaffifin ayat 14, “Yang dimaksud adalah dosa yang menumpuk di atas dosa.”
Begitulah di antara dampak maksiat bagi hati. Setiap maksiat membuat hati pelakunya tertutup noda hitam. Jika hati itu tertutup, maka akan sulit menerima kebenaran. Ibnul Qayyim –rohimahulloh– berkata, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”
Sudah saatnya kita memperbanyak tobat dan istighfar, supaya gelapnya hati akan hilang dan membuat hati semakin bercahaya, sehingga kebenaran dan petunjuk akan mudah diterima

Selasa, 11 Januari 2011

KENAPA HARUS MARAH

Solopos (4/1/2011). Dua orang siswa sebuah sekolah kejuruan di Surakarta bekerjasama membunuh seorang siswa sekolah lain dengan sadis di sebuah komplek pekuburan. Konon, motifnya adalah ketersinggungan dikarenakan perilaku sang korban menggleyer motor……
Sebuah kemarahan yang berujung kepada dosa besar pembunuhan. Secara logika, kadang kita berpikir kog bisa ya sampai seperti itu? hah..itulah hebatnya syetan dalam menutupi hati dan mata para pelaku yang marah dengan perilaku kekejian dan kezaliman. Be carefull! semua menjadi mungkin ketika kemarahan tidak bisa ditahan. Cerita diatas bukanlah pertama kali, banyak sekali cerita sejenis. Hanya karena persoalan “sepele” bisa berakibat saling berbunuh, bahkan karena rebutan uang seribupun bisa terjadi kejadian serupa. naudzubillah….
Sobat, mengatur dan menahan nafsu marah memang gampang-gampang susah.. Marah adalah sesuatu yang manusiawi. Wujud dari kekecewaan dan cara untuk mempertahankan harga diri. Islam meminta kita agar menyalurkan kemarahan secara benar dan proporsional.
Betul sekali! Kemarahan yang dibimbing keimanan akan menghasilkan perilaku-perilaku produktif, terencana dan berorientasi untuk solusi penyelesaian. Sedangkan kemarahan yang tidak dibimbing keimanan dipastikan menerbitkan permusuhan, fitnah, tergesa-tergesa, sporadis sehingga memberikan hasil akhir yang tidak jelas bahkan memperuncing sebuah permasalahan dengan ujung penyesalan serta kekecewaan.
Seorang hakim yang tidak mampu memanage marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Pemimpin pemarah tidak akan sukses sebab dia akan diikuti bukan karena kemuliaannya, tapi karena ditakuti. Keputusannya cenderung tak adil karena seringkali emosional. Bila berbeda pendapat, selalu ingin memuntahkan ketidaksukaannya. Singkatnya, pemimpin yang pemarah sebenarnya sedang menunggu waktu untuk jatuh. Seorang ibu yang pemarah akan menularkan budaya buruk terhadap anak-anaknya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya sehingga menutup rajutan-rajutan kebaik-kebaikan yang sudah terlewati.
Rasulullah saw sendiri sebagai teladan kita juga pernah marah. Namun kemarahan beliau dibimbing oleh iman, sehingga beliau selalu proporsional. Misalnya, beliau marah ketika ada seorang imam yang menyulitkan makmumnya.

عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: اَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ ص فَقَالَ: اِنّى َلاَتَأَخَّرُ عَنْ صَلاَةِ اْلغَدَاةِ مِنْ اَجْلِ فُلاَنٍ مِمَّا يُطِيْلُ بِنَا. قَالَ: فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص قَطُّ اَشَدَّ غَضَبًا فِى مَوْعِظَةٍ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ. قَالَ: فَقَالَ: يَا اَيُّهَا النَّاسُ، اِنَّ مِنْكُمْ مُنَفّرِيْنَ، فَاَيُّكُمْ مَا صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيَتَجَوَّزْ فَاِنَّ فِيْهِمُ اْلمَرِيْضَ وَ اْلكَبِيْرَ وَ ذَا اْلحَاجَةِ. البخارى

Dari Abu Mas’ud RA, ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, “Sesungguhnya aku menjadi terlambat karena shalat Shubuh yang diimami oleh si Fulan, karena shalatnya terlalu panjang”. Perawi berkata : Maka saya sama sekali belum pernah melihat Rasulullah SAW sangat marah dalam memberi nasehat seperti pada hari itu. Perawi berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya diantara kalian ada orang-orang yang membuat lari, maka barangsiapa diantara kalian shalat mengimami orang banyak, hendaklah meringankan, karena diantara mereka ada yang sakit, ada orang yang sudah tua, dan ada orang yang mempunyai keperluan”. (HR. Bukhari)
Beliau juga pernah marah ketika mendapati kejorokan didalam masjid.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض قَالَ: بَيْنَا النَّبِيّ ص يُصَلّى رَأَى فِى قِبْلَةِ اْلمَسْجِدِ نُخَامَةً فَحَكَّهَا بِيَدِهِ فَتَغَيَّظَ ثُمَّ قَالَ: اِنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا كَانَ فِى الصَّلاَةِ فَاِنَّ اللهَ حِيَالَ وَجْهِهِ فَلاَ يَتَنَخَّمَنَّ حِيَالَ وَجْهِهِ فِى الصَّلاَةِ. البخارى

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, ia berkata : Ketika Nabi SAW shalat, beliau melihat dahak di arah qiblat masjid, (setelah selesai shalat) beliau mengeriknya dengan tangan beliau dan marah, kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya seseorang diantara kalian apabila sedang shalat, sesungguhnya Allah berada di hadapannya. Maka jangan sekali-kali ketika shalat ia berdahak ke arah depannya”. (HR. Bukhari)
Beliau sempat marah ketika perang Hunain berakhir karena kaum Anshar merasa kecewa dan menganggap Rasul tidak adil. Penyebabnya adalah pembagian ghanimah yang sebagian besar diberikan kepada kaum Muhajirin, orang-orang yang baru masuk Islam di Mekkah, dan bukan kepada kaum Anshar. Rasulullah kala itu memerah mukanya sampai-sampai berkata, “Jikalau Allah dan Rasul-Nya dianggap tak adil, maka siapa lagi yang adil. Padahal mereka pulang dengan hanya membawa harta, sedangkan kalian pulang dengan membawa Rasulullah.”
Kesimpulannya, silakan marah, asalkan proporsional dan dibimbing oleh iman (bukan oleh hawa nafsu). Malah akan menjadikan ‘aneh’ ketika seseorang yang mengaku Islam sebenarnya tetapi tidak bereaksi ketika  Agama dan simbol-simbol agama dihina atau dilecehkan, ketika kebenaran diputarbalikkan menjadi kesalahan/kedustaandan ketika kehormatan keluarga dan hargadiri diinjak-injak atau difitnah.
Trus gimana sih carannya memperhatikan dan menahan kemarahan yang sedang muncul setiap saat tersebut ?
1.       Dalam beberapa hadist Nabi, jika kita marah dalam keadaan berdiri, maka untuk meredam kemarahan sebaiknya kita duduk. Kalau marah dalam keadaan duduk, maka untuk meredam kemarahan sebaiknya kita berbaring. Jika tetap marah dalam keadaan berbaring, maka sebaiknya kita segera berwudhu (lalu sholat sunnah).

عَنْ اَبِى وَائِلٍ اْلقَاصّ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عُرْوَةَ بْنِ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيّ فَكَلَّمَهُ رَجُلٌ فَأَغْضَبَهُ، فَقَامَ فَتَوَضَّأَ، فَقَالَ: حَدَّثَنِى اَبِيْ عَنْ جَدّيْ عَطِيَّةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ. وَ اِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ. وَ اِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِاْلمَاءِ، فَاِذَا غَضِبَ اَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ. ابو داود

Dari Abu Wail Al-Qaashsh, ia berkata, “Saya pernah datang kepada ‘Urwah bin Muhammad As-Sa’diy, lalu ada seorang laki-laki yang berbicara kepadanya yang membuatnya marah, maka ia bangkit lalu berwudlu. (Setelah berwudlu) kemudian ia berkata : Ayahku mencerita-kan kepadaku dari kakekku yaitu ‘Athiyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari syetan dan sesungguhnya syetan itu diciptakan dari api, dan hanyasanya api itu dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang diantara kalian marah hendaklah ia berwudlu”.(HR. Abu Dawud)

عَنْ اَبِى ذَرّ قَالَ: اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ لَنَا: اِذَا غَضِبَ اَحَدُكُمْ وَ هُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَاِنْ ذَهَبَ عَنْهُ اْلغَضَبُ. وَ اِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ. ابو داود

Dari Abu Dzarr, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepada kami, “Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, niscaya akan hilang marahnya. Dan jika belum hilang marahnya, maka hendaklah ia berbaring (tiduran)”. (HR. Abu Dawud)
2.      Berpikir sebelum merespon kemarahan. Buat jeda sebentar untuk berpikir apakah kita layak marah atau tidak. Apalagi jika terjadi “marah vs marah” bisa dipastikan menimbulkan stress dan dosa-dosa berikutnya.
3.      Sabar dengan memperbanyak syukur dan merenung (muhasabah) tentang banyaknya nikmat Allah kepada kita. Orang yang pemarah seringkali menunjukkan kepribadian yang kurang bersyukur dan menjadi sahabat syetan. Sedangkan para pencari Syurga akan berpikir jernih ketika terbakar amarah.

عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: قُلْتُ  يَا رَسُوْلَ اللهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِى اْلجَنَّةَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَغْضَبْ. وَ لَكَ اْلجَنَّةُ. الطبرانى فى الاوسط رقم

Dari Abu Darda’, ia berkata : Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya atas suatu amal yang bisa memasukkan saya ke surga”. Rasulullah SAW bersabda, “Jangan marah, maka bagimu surga”. (HR. Thabarani)
4.      Lembutkan hati dengan banyak beribadah. Ibadah akan membuat hati lembut dan sabar, sehingga intensitas kemarahan juga akan menurun. Ketika kemarahan membuncah, lekaslah istighfar memohon bantuan Allah swt dan ta’awudz

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ: اِسْتَبَّ رَجُلاَنِ عِنْدَ النَّبِيّ ص وَ نَحْنُ عِنْدَهُ جُلُوْسٌ وَ اَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ مُغْضَبًا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اِنّيْ َلاَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. فَقَالُوْا لِلرَّجُلِ: اَلاَ تَسْمَعُ مَا يَقُوْلُ النَّبِيُّ ص قَالَ: اِنّى لَسْتُ بِمَجْنُوْنٍ. البخارى

Dari Sulaiman bin Shurad, ia berkata : Ketika kami duduk di sisi Nabi SAW, ada dua orang saling mencaci. Lalu salah seorang diantara keduanya menjadi marah, merah mukanya. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat seandainya ia mau mengucapkannya pastilah hilang marah itu darinya, seandainya ia mengucapkan : A’uudzu billaahi minasy-syaithoonir rojiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)”. Kemudian orang-orang berkata kepada laki-laki tersebut, “Tahukah kamu apa yang disabdakan oleh Nabi SAW tadi ?”. Orang yang marah itu menjawab, “Aku ini tidak gila !”. (HR. Bukhari)
5.      Bergaullah dengan orang-orang yang hatinya lembut dan tidak pemarah sebagai tandingan dari lingkungan keras dan pemarah di sekeliling kita. Sehingga kita bisa menjadi orang kuat yang sebenarnya.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ. اِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ اْلغَضَبِ. البخارى

Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah”. (HR. Bukhari)
6.      Ingatlah selalu! Jiwa pemaaf adalah salah satu ciri orang bertaqwa. Ciri para penghuni syurga kelak.

وَ سَارِعُوْآ اِلى مَغْفِرَةٍِ مّنْ رَّبّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّموتُ وَ اْلاَرْضُ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَ الضَّرَّآءِ وَ اْلكظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَ اْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ، وَ اللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ. ال عمران

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang menafqahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. Ali 'Imran : 133 - 134]

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS.42:37)
Kita tidak ingin seseorang yang sudah bersalah menjadi terkulai karena kezaliman kita. Kita mengharapkan taubat dan kebangkitan untuk menjadi lebih baik. Jadikan jiwa pemaaf sebagai simbol utama keimanan kita.
Semoga bermanfaat